Bunga yang bisa tumbuh
di ketinggian 600-1400 m dpl ini, mempunyai nilai ekonomis cukup baik. Tanaman
yang berasal dari Afrika Selatan ini mempunyai nama latin ”Gladius”, yang
berarti ”pedang kecil”, bisa tumbuh dengan baik pada tanah ber-pH 5,8-6,5 dalam
suhu 10-25 o C. Perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif.
Tanaman ini sangat toleran pada berbagai struktur tanah, dari tanah yang ringan
berpasir dengan berbahan organik rendah sampai tanah yang berat berlempung atau
liat. Penanaman gladiol harus diusahakan pada lahan yang bukan bekas pertanaman
gladiol atau keluarga dekatnya, seperti iris, ixia, freesia dan monbretia.
Sentra produksi bunga
gladiol di Indonesia untuk daerah Jawa Barat terdapat di Parongpong (Bandung),
Salabintana (Sukabumi) dan Cipanas (Cianjur). Di Jawa tengah terdapat di daerah
Bandungan (Semarang) sedangkan di Jawa Timur berada di daerah Batu (Malang).
Gladiol diproduksi sebagai bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi dan
memiliki nilai estetika. Bunga potong juga merupakan sarana peralatan
tradisional, agama, upacara kenegaraan dan keperluan ritual lainnya. Gladiol
merupakan salah satu bunga potong yang paling banyak dicari, baik untuk hiasan
di gedung pesta atau di rumah huni. Tanaman gladiol akan berbunga sekitar 60-90
hari setelah tanam. Ukuran bunganya yang relatif besar membuatnya eye catching
dan pantas dibeli. Gladiol juga kaya warna. Ada gladiol merah muda, putih
bergaris ungu, oranye muda, oranye, kuning, gladiol dua warna, dan tentunya
putih.